Smile In The Void [5]
[Ada apa dengannya?]
Teeeeet teeeet
Bell berbunyi menandakan waktu istirahat telah di mulai, para murid mulai keluar dari kelasnya dan menyerbu kantin.
"Materinya cukup sampai disini saja, kita lanjut minggu depan. Selamat istirahat."
Setelah mengatakan hal tersebut Bu Lia keluar dari kelas, Aku mulai memasukan bukuku ke dalam tas. Aku lapar, Aku ingin makan.
Tapi sepertinya itu hanya angan-angan saja, baru berjalan beberapa langkah dari bangku sudah ada orang yang menarik kerah baju bagian belakangku.
"Mau kemana lu Tegar? Enak saja mau ninggalin!"
"Geh! Ohok! Kevin!! Le-lepasin oi!!"
Nafasku tersedat, aku tidak bisa bernafas dengan lancar. Kevin kudian melepaskan ku, Aku langsung mengambil nafas dalam-dalam seolah tak ada hari esok.
Ugh aku pikir aku akan mati!
"Haah! Haah! Gue hampir mati. Lu ini kenapa sih? Ngajak berantem?!"
"Wow tenang sobat jangan emosi."
"Mau apa lu? Gue mau kekantin."
"Bantu gue ngerjain tugas Fisika dulu!"
"Haah~ gue pikir ada apa, oke gue bantu tapi kita beli makanan dulu di kantin."
Kevin mengangguk setuju, sepertinya dia juga sudah lapar sejak tadi perutnya sudah menggeram minta di isi. Aku bisa mendengarnya dari sini-_-!
Kami berdua kemudian pergi menuju kantin sambil membawa buku dan alat tulis. Semoga saja kami tak harus menganti di sana.
****
Kini Aku dan Kevin sedang duduk di bangku yang berada di perpustakaan, di atas meja terdapat beberapa buku dan makanan.
Kami terpaksa harus makan di perpustakaan sambil mengerjakan tugas Kevin. yah mau bagaimana lagi, kantin lumayan penuh sampai kami tidak mendapat tempat duduk.
Untung saja penjaga perpustakaan berbaik hati membiarkan Kami makan di sini. itupun hanya untuk kali ini saja, untuk lain kali? Entahlah!
"Oi Tegar bantuin dong! Makan mulu dari tadi!"
"Itu tugas lu. jadi, bukan urusan gue. lagian gue juga sudah bantuin mencari bukunya, sisanya terserah lu aja."
Aku berkata dengan acuh sambil menikmati seporsi Somay, salah nya juga yang lupa tugas ini. jadi, sekarang rasakan tuh kepalamu pusing nyari jawaban.
"Oh ya bagaimana hubungan lu sama Lily."
"Kenapa lu menanyakan itu?"
Tak biasanya Kevin membicarakan tentang hal ini, Kevin sudah tau tentang kehidupan cinta ku yang bertepuk sebelah tangan itu.
Kami memang tak pernah merahasiakan apapun satu sama lain, bukan hanya aku tapi Kevin juga sering curhat padaku.
Tapi kadang aku tidak mendengarkannya.
Cintaku bukan bertepuk sebelah tangan sih. Sedari dulu Aku memang tak pernah mengatakan perasaannya dan lebih memilih memendamnya.
Hmm sama saja ya? Bodo amat
"Gue cuma pengen tau aja."
"Yah~ seperti biasa gak ada yang berubah. Lu juga tau kan?"
Kevin menghela nafas lelah. Entah karena apa. Padahal aku sangat sering bertemu perempuan ketika bekerja tapi entah kenapa ketika dekat Lily aku jadi gugup.
"Haah~ lu ini. Lu harusnya berkata terus terang padanya, ungkapkan perasan lu itu."
"Mudah untuk mengatakannya beda lagi dengan prakteknya."
"Gue yakin lu pasti bisa, tunjukan semangat masa mudamu."
Kevin mengatakan dengan semangat. Kalau ini di Anime pasti akan ada kobaran api di matanya dan kilau di giginya.
"Lu sudah seperti Guru Guy saja."
"Gue serius!!"
"Gue gak bisa melakukannya, lagipula dia sudah punya pacar. Apalah gue ini kalau di bandingkan pacarnya? Hanya bubuk Rengginang di kaleng Khong Guan."
Aku kemudian bangkit dari duduknya, Aku sudah tak Mood lagi membicarakan hal percintaan seperti ini. Entah kenapa, jika membicarakan masalah percintaan aku jadi geli sendiri.
"Lu mau kemana?"
"Ke atap."
"Tugas gue gimana dong?!"
"Kerjakan sendiri!"
Aku pergi keluar dari perpustakaan dengan santai, mengabaikan Kevin yang mancak-mancak di belakangnya.
Dan pada akhirnya suara Kevin tak terdengar lagi. Mungkin dia dimarahi penjaga perpustakaan karena mengganggu ketenangan.
Tap!
Langkah ku terhenti di tangga yang mengarah ke atap, aku menghela nafas. Ucapan Kevin tadi masih terngiang di kepalaku.
Apa mungkin mungkin aku herus terus terang padanya ya? Entah kenapa hatinya menjadi bimbang. Aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan.
"Tidak ada gunanya memikirkan hal itu, lebih baik gue fokus menyelesaikan Novelku saja."
Memikirkannya saja tak akan membuatku mendapatkan jawaban, lebih baik tak usah memikirkannya. Aku kemudian melanjutkan jalannya menaiki tangga menuju atap.
Clek!
Seperti dugaanku, atap benar-benar sepi, memang sangat jarang ada yang datang ke atap. Orang lain mungkin lebih memilih bersama temannya di kantin atau koridor.
Alasan lainnya karena di atap tempatnya lebih panas di bandingkan dengan di bawah, maklum saja tempai ini lebih jadi lebih dekat dengan matahari.
Karena itu lah tak banyak yang datang kemari. Untung saja kepala sekolah sudah menyiapkan beberapa kursi serta meja yang di lengkapi dengan payung besar.
Mungkin karena kepala sekolah tau kalau suka ada yang pergi ke atap, dia juga memasang CCTV agar tidak ada yang berani berbuat mesum disini.
Keputusannya sangat tepat, sekolah bisa saja tercemar jika ada yang berbuat mesum di lingkungan sekolah.
Bukan hanya itu banyak juga siswa yang merokok jadi dengan adanya CCTV mereka tidak akan berani merokok di lingkungan sekolah.
Aku kemudian duduk di salah satu kursi dan mengeluarkan Ponselku. Aku kemudian membuka salah satu Aplikasi di Ponselku.
Aplikasi yang biasa ku gunakan untuk menulis Novelku jika aku sedang tidak membawa Laptopku.
Jari tanganku dengan lincah menari di atas Keyboard. Tapi, tiba-tiba Aku menghentikan kegiatanku.
"Aish! ARRGGH! Kenapa ide nya jadi hilang sih."
Aku mengumpat kesal. ini sudah ke sekian kalinya ide yang ada di kepalaku menghilang, itu membuatku kesal.
Bayangkan saja, sebuah ide yang bagus sudah ada di kepala tapi ketika sedang menuliskannya ide tersebut langsung menghilang.
Bagaimana tidak kesal!!
"Haah~ sudahlah lebih baik gue rebahan dulu."
Aku kemudian memakai Headphone nya dan kemudian rebahan di lantai sambil mendengarkan lagu kesukaanku.
Untungnya sekolah ini tidak melarang para murid membawa Headphone atau alat elektronik lainnya asalkan tidak mengganggu murid lain.
Clek!
Suara pintu terbuka membuat ku refleks menengok ke arah asal suara tersebut. Mataku melebar melihat siapa yang datang.
‘Lily? kenapa dia disini?'’
Kenapa harus sekarang? Ketika aku sedang memikirkannya, kenapa kita harus bertemu? Aku langsung mengalihkan pandanganku dan menatap awan.
Sepertinya Lily tak memperhatikanku, dia kemudian duduk di salah satu kursi tampa menghiraukanku. Entah apa yang di fikirkan gadis itu sampai-sampai tak melihaku.
Aku yang sebesar dan setampan ini sampai tak di lihatnya? Dia mungkin sedang memikirkan sesuatu.
Lebih baik aku diam, aku juga tak ada niatan untuk menyapanya dan memilih mendengarkan apa yang di katakan gadis itu.
Aku mematikan musik di Ponselku terlebih dulu agar pendengaranku lebih jelas. Aku tidak mengupingnya, hanya kebetulan saja aku bisa mendengarnya.
Entah apa yang terjadi padanya hingga membuatnya menangis. Maka dari itu aku memilih untuk diam supaya aku tau masalah apa yang terjadi pada Lily.
Aku mungkin bisa membantunya entah bagaimana.
Beberapa menit berlalu sejak kedatangan Lily ke atap, dari apa yang Lily ucapkan ketika menangis aku dapat menyimpulkan beberapa hal.
Masalah yang di hadapinya ternyata cukup sederhana dan sering terjadi di kalangan para remaja. Yaitu, patah hati.
Sangat normal terjadi pada remaja, mereka berpacaran dengan alasan cinta tapi ketika bosan atau ada sedikit masalah mereka akan putus dan pasti salah satunya akan sakit hati.
Mungkin itu yang di bilang cinta monyet. Hanya karena sedikit masalah pasti mereka akan putus dan bukannya mencari jalan keluar dari masalahnya.
Bagaimana mereka akan menjalin hubungan serius jika hanya karena sedikit masalah hubungan nya langsung hancur begitu saja.
Dasar remaja.
Tunggu!! Aku juga masih remaja!!
Kita kembali ke topik utama. sepertinya Lily baru saja di putuskan oleh pacarnya. dari yang aku ketahui, Lily sudah berpacaran hampir 1 Tahun lamanya dengan Aldo, mereka juga jarang bertengkar.
Alasan mereka putus ternyata karena Aldo berselingkuh dengan teman seangkatannya. Aku hampir tak percaya dengan apa yang di katakannya.
Setahuku Aldo itu sangat menyayangi Lily, dari yang aku tau Aldo sangat jarang dekat dengan gadis kalau bukan urusan pelajaran.
Itu kalau di sekolah, kalau di luar sekolah aku tidak mengetahuinya. Memangnya aku cowok apaan yang menguntit cowok lain.
Aku masih normal!
Sampai saat ini Lily masih tak menyadari keberadaanku, Lily kemudian menghapus jejak air matanya lalu pergi dari atap.
Setelah memastikan kepergian Lily, aku lalu berdiri dan menepuk-nepuk pakaianku yang kotor akibat rebahan di lantai. Seharusnya aku membersihkannya dulu sebelum rebahan tadi!
Sudahlah tidak ada gunanya untuk menyesal sekarang, seperti kata pepatah 'penyesalan selalu datang di akhir'
Ya iya lah kalau di awal itu sih namanya pendaftaran!
"Hmm sepertinya yang punya masalah bukan cuma gue aja."
Karena tak mau terkena masalah. lagi. Aku langsung turun dari atap, kalau aku ketahuan oleh Elena bisa-bisa aku kena hukuman lagi.
Hii~ memikirkannya saja sudah membuatku merinding. Aku lalu mempercepat langkahku karena Bell sudah berbunyi lagi.
Koridor sekolah sudah agak sepi karena para murid sudah mulai masuk ke kelas mereka masing masing.
Sesampainya di kelas aku sudah di sambut tatapan maut dari Kevin, sepertinya dia masih kesal karena aku tak membantunya menyelesaikan tugasnya.
Aku berpura-pura tak memperhatikannya dan berjalan ke kursiku. seolah-olah tak ada yang terjadi.
Tak lama kemudian Pak Tono Stark datang dengan beberapa buku tebal di tangannya. Yah penderitaan bagi para murid yang pemalas di mulai.
Aku berharap kalau waktu berlalu lebih cepat, bukannya aku tidak suka belajar tapi aku tidak terlalu pandai dalam pelajaran Fisika.
Pelajaran ini membuatku pusing, apalagi kalau sudah membahas rumus-rumusnya.
Haah~ ini merepotkan.
Tapi aku tidak boleh mengeluh, aku tidak akan sukses jika terus mengeluh dan bermalas-malasan saja.
Informasi
- Judul: Smile In The Void [5]
- Penulis: M Nabil
- Kategori: Cerita Pendek
- Tanggal Publish: 2022-05-20 08:15:59
- Tentang Penulis:
- Jumlah Pengunjung: 31